Mentari datang menghampiri ku
Ketika waktu bicara bagai nada semu
Suram kelabu warna embun yang jatuh di wajah ku
Hamparan bencana menerpa hati yang gunda merindu
Mata batin menembus bagai belati
Duduk termenung sudah tiada guna lagi
Air mata bicara bagai melodi
Terasa tajam seperti menusuk diri ini
Rindu asmara hati
Pulang ku ketika wajah sudah menua
Arti hidup yang kauberi sudah tiada guna
Rinduku yang kau balas dengan kesedihan lama
Angan ku sudah kau buang bagai durjana
Hidup denganku kau bilang sudah tiada guna
Aku hanya terdiam mendengarnya
Hati yang sudah ku jaga
Kini kau hancurkan dengan mudah oleh sebuah kata-kata
Dunia fatamorgana
Alamku hidup bagai di kecam oleh durjana
Hidup bagai gerak langkah tiada guna
Kesadranku yang mulai hilang direbut angan
Kehidupan yang kurasa seakan bukan kesenangan
Kegelisahan yang membuat diriku bingung dengan keadaan
Duniaku hilang bagai di telan kenangan
Ambisiku hilang
tak tau arah tujuan
Gerak langkah ku mulai terkuasai oleh keadaan
Laut rindu
Derasnya ombak kehidupan yang menerpa
Membisu tiada kata untuk terucap menyapa
Meninggalkan kenangan diatas deburan ombak kehidupan
Menghilang bagai anganku yang terhimpit oleh keadaan
Membekas bagi memmori kenangan
Dirimu hanya bisa meninggalkan kerinduan
Tiada akhir ucap kata yang kau berikan
Diriku hanya bisa menunggu dengan keadaan yang
menyakitkan
Rindu yang ku punya sebagai obat penghilang kesedihan
Ambisi yang hilang
Aku tertinggal bagai kehidupan yang semu
Menerpa angan yang tak pernah ku temu
Hidup berjalan bagai detik yang tak menentu
Terdiam ku sejenak membisu
Memandang alam seakan hilang semua impian
Harapan yang ku punya seakan ingin ku hapuskan
Tiada lagi ambisi yang ku inginkan
Semuanya telah hancur di telan angan
Jarak kehidupan
Lagkah kehidupan yang tak panjang
Hanya melintas hingga tak terbayang
Tersirat suratan takdir yang telah ditetapkan
Membuat hati seakan bimbang dengan kehidupan
Noda dosa yang pekat di hati yang hitam
Membuat jiwa seakan takut dengan kematian
Beribu dosa sudah tak terhitung dilakukan
Hanya pintu taubat yang ingin ku gengam
Embun yang hilang
Rasa sejuk kini kian menghilang
Perihal rindu tak pernah datang
Duduk ku terdiam dibawah kursi yang kupandang
Kehampaan kian menggantarkan usang yang tak pernah hilang
Rintikan air embun yang kian tak terlihat
Membuat kesejukan yang indah tak pernah kudapat
Hanya bekas dan bayang yang bisa kulihat
Hadirmu kini kian kudapat
Ku butuh hadirmu
Angan yang jatuh bagai tak bisa ku miliki
Jeritan hati sudah tidak bisa ku ganti
Hampa kian terasa menghampiri
Kenangan hanya jadi sebuah memori
Mawar yang kupunya hanya engkau yang telah pergi
Ucap ku telah habis dan tak berarti
Kehilangan yang hanya bisa kudapati
Senyum mu kini kian membayang di memori ini
Buku harian ku
Tak bisa merasakan
Namun,slalu terlewatkan
Tanganku yang dipenuhi kenangan
Hanya mampu melukiskan dalam tinta hitam
Putihnya kertas,menjadi sejarah singkatku
Penuhnya memori hidupku
Kutuliskan bagai cerita laluku
Hamparan kenangan harian slalu tergores dibukuku
Semu sepi yang slalu kudapatkan
Tak pernah merasakan impian yang ku inginkan
Hanya terdiam duduk menyaksikan kebodohan
Merekam setiap tragedi dalam buku harian
Keadaan yang
menyakitkan
Terlelap ku merasakan kepedihan
Kehancuran yang baru sekarang kurasakan
Keegoisan yang membuat ku jatuh dalam jurang kegagalan
Terpuruk yang selalu menghantarkan kesedihan
Embun pagi yang mulai terbit
Hidup ini serasa terhimpit
Keadaan ini menghantui ku sedikt demi sedikit
Membuat gerak sukmaku semakin sulit
No hp/Wa : 082376989543
Fb :Iksansani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar